Menikmati pemandangan di sekitar Candi Borobudur,
Mendut, dan Pawon, tak lengkap rasanya jika tidak
mampir ke Pawon Luwak Coffee. Ya, seperti namanya,
di kedai yang terletak di dekat Candi Pawon ini, kita
bisa menikmati sensasi ngopi yang berasal dari kotoran
musang atau luwak. Bagaimana rasanya?.
Seorang pelayan menyodorkan dua cangkir putih
berisi kopi hitam yang habis diseduh. Kopi ini memang
terasa lain saat diseruput. Tak terlalu asam, tidak terlalu
pahit, rasa kopi yang cukup pas di lidah.
Tidak disangka, kopi yang dinikmati ini memiliki
cerita dan resep yang sungguh unik. Ternyata, kopi ini
benar-benar berasal dari kotoran luwak. Sehingga, rasa
dan juga sensasi kenikmatan yang ditawarkan lebih dari
sekedar kopi biasa.
Ajie Prananda, pemilik Pawon Luwak Coffee
mengatakan, kopi yang dibuat oleh brandnya memang
benar-benar menjaga selera kenikmatan. Salah satunya,
adalah dengan menggunakan biji kopi yang telah
dimakan oleh luwak.
“Memang, kopi yang kami olah berasal dari kotoran
luwak yang memang sebenarnya adalah biji kopi pilihan.
Luwak memilih kopi yang benar-benar masak untuk
dimakan, bukan kopi sembarangan,” jelas Ajie.
Warga Dusun Brojonalan, Desa Wanurejo,
Kecamatan Borobudur ini menjelaskan, kotoran luwak
ini bisa dijumpai di kebun kopi jenis Arabika yang
berada di wilayah Temanggung dan Wonosobo. Dia dan
pekerjanya pun memunguti kopi yang sudah “diolah”
secara alami oleh luwak.
“Yang membuat sensasinya berbeda adalah, ada
fermentasi alamiah dari pencernaan luwak. Kopi ini
menjadi rendah asam dan caffein. Sementara, jika kopi
biasa terasa lebih asam dan bercaffein tinggi. Bahkan,
jika dikonsumsi di pagi hari tidak menimbulkan efek di
perut,” tambah Ajie.
Pria kelahiran 26 Mei 1961 ini melanjutkan, resep
menggunakan kotoran luwak ini sebenarnya sudah
ada sejak jaman nenek moyang di jaman Belanda.
Bahkan, inspirasi ini datang dari kakeknya yang
memang kerap membuat kopi dari kotoran luwak.
Insipirasi ini kemudian dibawa Ajie untuk percaya
diri membuka sebuah kedai kopi sekaligus rumah
produksi kopi di dekat Candi Pawon sekitar tahun 2013
silam. Di rumah produksi ini, dia menyuguhkan suasana
yang cukup alami.
Wisatawan bisa mendapat pengetahuan tentang
pembuatan Pawon Luwak Coffee dengan melihat
langsung proses produksinya. Termasuk, wisatawan bisa
melihat enam ekor luwak yang dipelihara secara khusus
oleh Ajie. Selain itu, wisatawan bisa menikmati camilan
dan kopi yang khas itu tentunya.
Adapun, Ajie menjelaskan, proses produksi kopi
dimulai dari penjemuran selama kurang lebih tujuh
hari, kemudian pencucian, lalu biji kopi yang bersih itu
ditumbuk, dikuliti, dan disangrai selama 3 jam.
“Usai disangrai baru diolah dalam bentuk bijian atau
dijadikan serbuk,” kata bapak berputra tiga ini.
Ajie menjelaskan, untuk produksi per bulan
masih cukup terbatas. Rata-rata, saat ini pihaknya bisa
memproduksi kopi dua kuintal per bulan. Sementara,
untuk pasar penjualannya sudah mencapai domestik
dan manca negara.
“Untuk manca biasanya bisa dilayani secara online.
Kami sudah mengirim ke Rusia, Czhech, dan negaranegara
lain. Kami bisa melayani hanya 5 sampai 10 pak,
tidak masalah. Karena, ongkos kirim sudah ditanggung
pemesan,” tutupnya.